April 23, 2011

Colossal Dramas of Korea

Saya yakin drama Korea adalah hal yang gak asing lagi buat orang-orang yang "gila Korea" banget. Sekarang kan banyak tuh komunitas-komunitas pecinta Korea yang sangat menggilai cowok atau cewek berkulit putih (putih banget sampe-sampe bisa tembus pandang) dan bermata sipit yang jago nge-dance (orang tersebut antara sedang nge-dance atau ngelindur?). Well, saya bukan salah satu orang yang suka hal-hal seperti itu, yang teriak-teriak kesetanan saat liat Lee Min Ho (asbun, padahal gak tau itu siapa) sedang muncul di layar kaca atau majalah. Tapi yang saya suka klo udah ngikutin suatu cerita drama korea terutama drama kolosal tentang kerajaan-kerajaan pada jaman dinasti yaitu ceritanya yang tiap scene selalu bikin timbul pertanyaan, "berikutnya apa ya?" sampai harus nebak-nebak, "yah, mati dah tu orang dibunuh". Hahaha... Klo sekali ngikutin pasti ketagihan nonton terus sampe tau ending ceritanya kaya apa. Dibela-belain bolos jam pelajaran demi nonton drama tersebut. Hahahaha... (jaman SMP banget). Gak kok, saya gak akan kaya gitu lagi. (buru-buru beli HP yang ada TV-nya).

Dan ini adalah review beberapa Drama Kolosal Korea yang saya suka :)


Jewel In The Palace
Dimulai dengan Jang Geum, anak seorang dayang kerajaan yang jago masak. Keingin tahuan dan ketekunannya selalu membawa dia ke suatu masalah. Namun hal itu tidak menghalanginya untuk terus belajar dan mencari tahu tentang lingkungan di sekitarnya. Bahkan tiap kali mendapat masalah, dia selalu dapat menyelesaikannya dan memberi dia suatu pengalaman baru. Walaupun perjalanan hidupnya sangat berat dan selalu dibayang-bayangi dengan kehilangan orang-orang yang disayanginya, namun Jang Geum tetap tabah dan tekun mencari ilmu agar ia bisa menolong orang-orang di sekitarnya. Sampai akhirnya dia dinobatkan sebagai tabib wanita pertama di kerajaan pada masa itu.
Saya masih ingat drama ini diputar saat saya masih duduk di bangku kelas 3 SMP. Bahkan bukan saya saja yang menyukainya, salah satu guru yang waktu itu mengajari saya B. Indonesia selalu mengungkit cerita Jewel In The Palace ini ke dalam pelajaran untuk didiskusikan pada muridnya. Beliau pun dinobatkan oleh murid-muridnya dengan panggilan Bu Jang Geum. Hahahaha...


Great Queen Of Soendoek
Deokman terlahir kembar dari pasangan raja dan ratu pada masa dinasti itu. Namun ayahnya mengirimnya ke luar kerajaan untuk melindunginya dari tangan jahat Missil, bangsawan wanita yang ingin mengambil alih kedudukan raja. Saat Deokman telah besar, dia kembali lagi ke kerajaan dengan menyamar sebagai prajurit lelaki. Seiring berjalannya waktu, akhirnya Deokman sendiri yang melawan Missil dalam memperebutkan kekuasaan di kerajaan Silla. Demi rakyat dan kerajaan itu pula Deokman banyak mengalami kehilangan bahkan kekasihnya Bi dam, anak dari Missil yang dibuang juga semasa kecilnya, yang sudah diumumkan akan dinikahinya segera. Namun Deokman tetap harus menegakan hukum demi keadilan di negeri Silla.
Drama ini saya tonton saat masih SMA. Saya sangat salut sekali pada tokoh Deokman ketika dia tetap memerintahkan prajuritnya untuk membunuh Bi Dam yang dianggap pengkhianat. Meski menitikan air mata tapi Deokman tetap berdiri tegap menatap Bi Dam yang tersungkur mati. Bener-bener terpukau saat melihat sosok Bi Dam karena dia gak sipit dan berkulit lebih gelap gak seperti layaknya aktor-aktor Korea lainnya yang sepertinya sangat menjunjung tinggi kelembutan dan keputihan warna kulit mereka (Oh Gosh! Saya yang cewek aja gak sampe segitunya).


Dong Yi
bla bla bla... Ini dia drama Korea yang bersifat historis berikutnya yang saya ikutin sejak Jum'at lalu. Ceritanya berpusat pada Dong Yi, hampir sama dengan Jang Geum yang berani dan selalu ingin tahu tentang sekitarnya. Saya masih terus ikutin ceritanya di TV, jadi belum bisa ngomong apa-apa tentang review-nya. Hehehe... :)

Overall, saya suka drama kolosal Korea seperti itu karena menggambarkan perjuangan hidup seseorang yang menjadi besar berkat ketekunan dan ketabahannya dalam menjalani hidup. Selain itu dalam ceritanya selalu ada konspirasi para antagonis yang bikin geregetan. Saya juga dapat gambaran kehidupan politik yang konon penuh dengan topeng itu dari cerita-cerita seperti ini. Berkaca dari tokoh-tokoh utama tersebut, saya yang bisanya hanya nangis saat dapat masalah sangat amat masih jauh sekali perjuangannya dari Jang Geum, Deokman, dan Dong Yi. Apalagi dipikir-pikir kodrat mereka sama seperti saya yaitu wanita. Dan sekarang ini masih anget-angetnya ngerayain hari Kartini, 21 April yang sangat amat menjunjung tinggi wanita serta emansipasinya di jaman yang begitu keras ini.

So, what the hell are ya waitin' for?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar